Kali ini saya menerima e_mail dari salah satu sahabat saya yang luar biasa. Nanti akan kita simak data lengkap beliau sekaligus tulisannya terkait pengalamannya mengajar. Yang jelas saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga telah mengirimkan tulisan ini untuk dimuat di blog sederhana ini. Saya yakin ini pasti akan bermanfaat bagi siapa saja yang singgah dan menyempatkan waktu untuk membacanya. Terima kasih Kang Dili. berikut kita simah bersama siapa beliau:
Curriculum
Vitae
Nama
: Rahmadi Diliawan
Tempat/
Tanggal Lahir :
Blitar, 28 Februari 1986
Agama : Islam
Status : Kawin
Alamat : Pondok
Pekayon Indah B14/8 Bekasi Selatan
No
Telp : +6285659973378
+60146545987
Orang
Tua :
Nama
Ayah : Sugeng
Adisiswanto
Tempat/Tanggal
Lahir : Bandung, 2
Februari 1957
Nama
Ibu :
Sri Wahyurestuningsih
Tempat/
Tanggal Lahir
: Blitar, 11 September 1958
Jenjang
Pendidikan
:
1992 – 1993 :
SD Taman Bekasi Indah
1993 – 1998 :
SD Negeri Nusa Indah Bekasi
1998 – 2001 :
SLTP Negri 12 Bekasi
2001 – 2004 :
SMU Negri 6 Bekasi
2004 – 2010 :
Universitas Pendidikan Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia
2010 - .. :
Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Program Pendidikan Seni
Pendidikan
Informal :
2004 – … :
Berlatih Kesenian di KABUMI UPI
2005 :
Peserta Workshop Angklung ITB
2007 – … : Berlatih Keroncong di Klinik Kerontjong Bandung
2008 :
Berlatih membuat angklung dengan Pak Handiman (Pembina Saung Angklung Udjo)
2009 :
Peserta Workshop Angklung di Saung Angklung Udjo
2009 :
Peserta seminar Hernowo dengan tema “Menjadi Penulis yang Mau dan Mampu”
2009 - … :
Berlatih vokal pada Arif The Lima (Juara GangStarz 2007)
2010 :
Berlatih vokal di Sekolah Vokal Adjie Esa Poetra
2010 :
Berlatih vokal ke “Mbah” Maestro Vokal Ciamis
2011 :
Peserta Seminar Internasional “Agama dalam Transformasi Budaya Nusantara”
Pengalaman
:
2004 – … :
Aktif berpagelaran musik bersama KABUMI, Orkes Keroncong Wedang Jahe, MC Voice,
dan Klinik Keroncong.
2005 :
Duta Republik Indonesia sebagai pemusik dalam rangka Penggalangan Dana
untuk Korban Tsunami Aceh di Jepang
2005 - …
: Melatih angklung dan
kesenian nusantara pada calon anggota Kabumi dalam rangka penerimaan anggota
baru Kabumi.
2006 :
Juara II Lomba Musikalisasi Puisi Pekan Olahraga dan Seni Himpunan Bahasa dan
Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia bersama Kelompok ‘Wedang
Jahe’
2006 :
Bergabung bersama Grup Musikalisasi Puisi Universitas Pendidikan Indonesia
2006 :
Sebagai pemain bas dalam acara Pembukan Kejurnas Pencak Silat Wanita 2006
bersama Kabumi UPI, dihadiri oleh Ibu Negara; Ibu Ani Bambang Yudhoyono
2008 :
Tampil pada siaran nasional RRI Bandung bersama
grup “Klinik Keroncong”
2008 :
Ikut serta dalam Lomba Musik Angklung Padaeng V bersama SD Sukarasa 3,4,5
2008 - … :
Auditional Bass Player dalam Grup Band Author
2009 :
Menjadi juri di festival band SMA Puragabaya
2009 :
Bersama Grup Wedang Jahe menjadi wakil Jawa Barat dalam Deklarasi Komunitas
Musikalisasi Puisi Indonesia.
2009 - … :
Melatih Vokal Grup di SMP BPI
2010 :
Melatih Paduan suara di SMA Terpadu KRIDA Nusantara
2010 - … :
Belajar di Bina Seni Vokalia Bandung
2010 :
Penyanyi Paduan Suara dalam pembukaan “Mukhtamar Muhamadiyah Nasional” dihadiri oleh Menpora Andi Malarangeng &
Din Samsudin.
2010 :
Penyanyi Paduan Suara dalam pembukaan “Bambu Nusantara 4: World Music
Festival”.
2011 :
Mengajar Karawitan dan Angklung di Balai
Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia
2011-... :
Mengajar Angklung, Vokal, dan Tari Saman di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu
Menjadi
Tenaga Pendidik di Sabah!
Tergabung dalam
rombongan Tenaga Pendidik Indonesia untuk Anak-anak Indonesia di Sabah Malaysia
mempunyai sebuah arti sendiri bagi saya. Jauh hari sebelum saya mendafarkan
diri untuk ikut serta dalam program ini, Saya pernah berdoa agar bisa kerja di
luar negeri dalam rangka berbakti ke Tanah Air saya Indonesia. Bagaikan hajat yang terwujud, saya menganggap
hal ini adalah kesempatan besar bagi saya untuk bisa berguna bagi banyak orang.
Atas termakbulnya doa saya, kesempatan ini saya anggap sebagai
kepercayaan (baca: amanah) yang diberikan oleh Allah Swt.
Sebuah kebahagiaan tersendiri bagi saya untuk dapat
memberikan berbagai macam hal berguna bagi banyak orang. I want to be inspirational person for others, salah satu cita-cita
saya adalah menjadi seorang motivator, dan menjadi guru di Sabah ini merupakan
lahan saya untuk menimba ilmu sebanyak-banyak tentang bagaimana agar saya bisa
memotivasi lingkungan saya. Memotivasi orang lain bagi saya adalah memotivasi
diri sendiri, karena untuk membuat orang lain percaya diri dibutuhkan
kepercayadirian yang kuat. Sempurna bukanlah kata yang tepat untuk
menggambarkan sosok seorang manusia, tetapi terus berkeinginan dan bertindak
untuk menjadi lebih baik adalah sebuah kewajiban manusia.
Tahun 2011
adalah tahun pertama saya menginjakkan kaki di Sabah, masih dengan kepala penuh
tanda tanya tentang apa yang akan saya hadapi di negeri ini. Langkah kaki saya
tidak menjadi ragu melainkan menjadi semakin mantap dan kuat, karena saya tahu
di negeri ini saya tidak sendiri. Tuhan meberikan saya teman-teman yang
memunyai visi yang kuat untuk berjuang bersama.
Cerdas
bersama CLC Cerdas.
Berbeda dengan
teman-teman lain yang ditempatkan di perkebunan-perkebunan sawit, Saya
mengemban tugas untuk mengajar di Community
Learning Center (CLC) Cerdas dan Inanam yang terletak di Kota Kinabalu
Ibukota Sabah.
Hari pertama saya berkunjung ke CLC Cerdas sungguh
sangat membuat terpana, karena bangunan yang digunakan oleh CLC ini begitu
indah. CLC Cerdas menggunakan gedung kantor Gereja Sacred Heart yang terletak
di kawasan penampang. Ruang kelas yang nyaman dan memiliki pendingin ruangan,
tersedia pula lapangan bulutangkis bagi kami untuk berolahraga. “Kaya sekali
CLC ini” begitu pikir saya pada mulanya. Pada kenyataannya adalah CLC Cerdas
tidak memiliki tempat permanen seperti beberapa CLC lain, tempat yang CLC ini
jadikan tempat singgah adalah bukan milik pribadi. Keberadaan CLC Cerdas adalah
sebagai penyewa di tempat ini. Tempat ini adalah milik Gereja Sacred Heart.
Posisi CLC
Cerdas sebagai penyewa mengakibatkan terbatasnya ruang gerak masyarakat CLC
Cerdas untuk berkegiatan. CLC Cerdas hanya diperbolehkan menggunakan ruangan
dari hari Senin hingga Kamis pada pukul 8.30 – 11.30, di luar jam tersebut
tempat menjadi milik Gereja Sacred Heart kembali. Imbasnya CLC Cerdas tidak
dapat menyimpan barang-barang keperluan sekolah seperti Komputer dan printer.
Anak-anak
yang terasing!
Di lain situasi,
masyarakat CLC Cerdas terutama siswa-siswa nya tidak memiliki akses untuk
melalui jalan tertentu. Para siswa tidak boleh memasuki gedung melalui pintu
utama, melainkan harus melalui intu samping atau pintu belakang. Untuk
menggunakan lapangan bulutangkis pun siswa diwajibkan untuk menyewa.
Mendidik anak-anak untuk bersikap menghormati
lingkungan gereja memang tidak mudah, karena seperti yang kita ketahui, masa
sekolah dasar adalah masanya aspek psikomotorik berkembang. Berlari ke segala
arah, saling bekejaran, saling mendorong, dan juga berteriak adalah
kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukan oleh anak-anak kecil.
Sikap anak-anak
yang demikian terkadang membuat pihak pengurus kantor menegur CLC Cerdas
melalui pengelolanya; Bapak Yohanis Solo. Masalah terkesan ringan, tapi dapat juga berimbas pelik karena
berisiko hilangnya izin Gereja Sacred Heart untuk CLC Cerdas. Selain perkara
kebisingan, siswa-siswa CLC Cerdas juga memiliki masalah dalam menjaga kebersihan
lingkungan. Menjadi tugas besar para pendidik untuk membina para siswa agar
memiliki kesadaran akan kebersihan lingkungan.
Kegiatan rutin
anak-anak selepas pulang sekolah adalah menuju tempat pembuangan buku-buku
bekas masyarakat sekitar. Anak-anak Cerdas terlihat begitu bersemangat mengorek sampah-sampah dengan kualitas
yang maih bagus tersebut. Ada yang mendapat pulpen, ada yang mendapat buku, ada
yang mendapat shuttle cock dan berbagai macam barang-barang lainnya.
Kebahagiaan anak-ank ini sering berakhir dengan omelan para pengurus gereja. Wajar saja mereka marah, karena
setelah menemukan “harta karun” mereka meninggalkan tempat pembuangan itu
dengan keadaan berantakan.
Status terasing
siswa-siswa CLC Cerdas bukan hanya pada terbatasnya pemakaian sarana
pendidikan. Siswa-siswa di CLC ini sebagian besar tidak memiliki
dokumen-dokumen yang mendukung untuk perizinn tinggal mereka di Negeri Sabah
ini. Bisa dikatakan bahwa mereka adalah para imigran gelap. Ketiadaan paspor
dan akta lahir menjadi malah yang cukup pelik bagi paa iswa di sini. Setiap
saat mereka bisa tertangkap oleh pihak imigrasi Malaysia. Antar-jemput siswa
dari dan menuju ke rumah masing-masing
menjadi sebuah solusi sementara agar mereka tidak
bejumpa dengan pihak berwenang di Malaysia. Selain itu Bapak Yohanis Solo
berinisiatif untuk membuat Kartu Pelajar sebagai dokumen sekunder keberadaan
mereka di sini. Walaupun Kartu pelajar tersebut tidak memiliki kekuatan hokum
yang kuat, tetapi dirasa cukup membantu untuk menghindari penangkapan yang
dilakukan oleh pihak terkait.
Upaya Meraih
Kepercayaan!
Dicap sebagai anak-anak yang terbelakang yang
illegal tidak membuat mereka berhenti berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih
baik. Saya dan guru-guru lain selaku pembimbing mereka, selalu memotivasi agar
anak-anak bisa menjadi pribdi yang berguna.
Menjadi tamu membuat anak-anak harus membuktikan diri bahwa mereka
dapat berprilaku baik sehingga dapat menciptakan hubungan baik dengan sang tuan
rumah. Pada setiap hari Kami, anak-anak melakukan operasi bersih di lingkungan
Gereja Sacred Heart. Tak disangka anak-anak begitu bersemangat dalam kegiatan
ini. Memanfaatkan jam pelajaran olahraga, mereka berlari pagi sembari memungut
sampah-sampah yang tercecer di lingkungan Gereja Sacred Heart.
Ada Siapa
dibalik CLC Cerdas?
Di CLC Cerdas
ini saya ditemani oleh dua orang guru lokal dan satu orang pengelola yang
sangat peduli terhadap pendidikan anak-anak Indonesia di Sabah. Bapak Yohanis Solo adalah seorang putra Flores
yang lahir …., meskipun telah mempunyai istri orang Malaysia dan telah menjadi
ayah dari empat warga Malaysia, tetapi tetap mempunyai kepedulian terhdap
pendidikan anak-anak Indonesia di Sabah. Atas inisiatifnya mendirikan CLC
Cerdas, sudah banyak anak Indonesia yang menjadi terfasilitasi kebutuhan
pendidikannya.
Ibu Juliana Wolo, sosok seorang guru yang gigih
dalam memberikan pengetahuan, beliau tak hanya mengajar di CLC Cerdas, beliau
juga mengajar di beberapa tempat lain yang salah satunya adalah sekolah untuk
anak berkebutuhn khusus, meskipun tempat tinggal beliau jauh dari lokai CLC
Cerdas, tetapi beliau selalu hadir untuk mengisi kegiatan pembelajaran.
Bapak Bernadus
Boli, juga seorang putra Flores seperti halnya Bapak Yohanis. Keinginan beliau
untuk mengajar di Cerdas adalah diawali oleh niat membantu teman-teman satu bangsa
dan negaranya. “to help my people”
begitu jawabnya ketika saya menanyakan tentang motivasinya mengajar di CLC ini.
Beberapa tahun yang lalu beliau dating ke Sabah sebagai perantau, sama seperti
kebanyakan warga Negara Indonesia yang lain. Alhamdulillah beliau berkesempatan
untuk meneruskan pendidikannya di Universitas Tun Abdul Razak, dengan dukungan
dari orang tua angkatnya yang berkebangsaan Jerman.
Keberadaan CLC
Cerds yang sangat dekat dengan sekolah pusat; Sekolah Indonesia Kota Kinabalu
(SIKK) (hanya sekitar setengah sampai satu jam jika ditempuh dengan kendaraan
umum), menjadikan CLC ini seperti memiliki Pembina di rumah sendiri. Dukungan
luar biasa dari Kepala dan Masyarakat Sekolah Indonesia Kota Kinbalu menjadikan
kami lebih mudah dalam bergerak.
Kami CLC Cerdas
mengucapkan terima kasih banyak atas upaya SIKK yang menjadikan CLC ini
mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah dan Beasiswa dari Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Negara Republik Indonesia.
Misi Utama!
Memberantas buta huruf, bisa dikatakan itulah misi
utama kami. Menjadikan ana-anak melek
terhadp tulisan agar kelak secara mandiri mampu untuk memperkaya diri dengan
berbagai macam ilmu.
Tentu bukan
hanya saja memberantas buta huruf yang menjadi tujuan kami, tapi misi ini sangatlah
penting sebagai dasar dari berbagai macam ilmu lainnya. Sebenarnya CLC ini
berkeinginan untuk membekali siswa-siswa dengan berbgi mcam keterampilan
khusus, tetapi sejauh ini CLC Cerdas belum mampu untuk menyiapkan
siswa-siswanya memiliki keahlian khusus.
Dalam hal akademik,
CLC Cerdas telah mengantar 9 orang siswa yang laik meneruskan pendidikan ke
jenjang selanjutnya melalui ujian Kejar Paket A. Hal ini membeikan kesan
tersendiri bagi CLC ini, karena ini
adalah keikutsertaan Kejar Paket A yang pertama kali bagi CLC Cerdas.
No comments:
Post a Comment